LOMBA BLOG OM DR. JAY: MENULISLAH SETIAP HARI DAN BUKTIKAN APA YANG AKAN TERJADI

 

DILEMATIKA DALAM MENULIS DAN MENULIS DALAM DILEMATIKA

OLEH

FRANS FERNANDEZ DARI PRAYA LOMBOK

10 JUNI 2022


 

Dunia tulis menulis sudah menjadi bagian hidupku ketika ada tantangan. Namun menjadi hilang begitu saja ketika tantangan itu berlalu. Itulah yang kualami dan mungkin juga bagi pembaca yang mulia.

Begitu selesai aku mengikuti kursus menulis maka berakhir pula kisah-kisah yang kukirimkan dalam blog pribadiku maupun dalam Kompasiana. Sebenarnya aku malu untuk memulai kisah ini namun harus ku kalahkan diriku. Aku tak mau dikalahkan oleh satu sisi burukku yaitu malas.

Tentu banyak dari pembaca telah berusaha mengatasi rasa malas dalam menulis. Begitu banyak tips dan trik untuk mengatasi rasa malas tersebut. Misalnya :

1.      Kita harus terus menggali apa motivasi kita untuk menulis.

Seperti aku yang berkeinginan untuk menulis agar bisa menyalurkan bakat yang terpendam. Selain itu keinginanku adalah agar anak dan cucuku mempunyai warisan kisah dalam sebuah kisah.

Belum kuatnya aku untuk menulis setiap hari adalah ketika masalah ekonomi menghimpitku. Aku begitu tertekan dan ingin keluar, namun sepertinya pintu tertutup bagiku. Hal ini berdampak pada kebiasaan yang sudah kubuat sebagai tekad dalam menulis.

Seperti motivasi dari Om Jay : “Menulislah setiap hari dan rasakan mukjizat yang terjadi” selalu terngiang-ngiang di hatiku. Namun apa boleh buat, masih terkalahkan oleh masalah ekonomi ini.

 

2.      Kemudian aku mendapatkan tantangan ini di grup menulis yang kuikuti. Aku berusaha untuk menyediakan waktu itu. Namun tidak semudah yang kuduga. Aku terhempas dalam begitu banyak kegiatan yang hilir mudik. Namun aku tersadar kembali bahwa hal ini harus ku lawan. Aku harus keluar dari semua ini. Aku harus menulis. Maka di tengah malam tanggal 10 Juni 2022 aku kembali mengasah jemariku di tuts laptopku. Dan terciptalah tulisan ini.

 

3.      Setelah kuberusaha melawannya aku mendahului dengan kisah kecil. Tekadku membuat sebuah renungan di hari pertama ini. Aku tidak boleh kalah. Aku harus membuat suatu kisah bermakna di setiap tulisanku minimal pada saat tantangan ini ku jalankan.

 

Sebenarnya kesibukan yang kulalui selama ini sebagai Wakil Kepala Sekolah menjadi alasan paling sering kuungkapkan untuk tidak menulis. Memang benar bahwa tugasku begitu bertubi-tubi sepertinya tak beujung. Namun seharusnya bukan menjadi halangan dalam menulis.

Baiklah kumulai renungan pertama tentang kisah sedih namun lucu yang kualami di sekolah.

Aku sempat kehilangan sebuah tutup busi di motor yang kubawa. Motor butut juga sih. Hari itu selasa, 7 Juni 2022. Aku menuju parkiran bagi guru di sekolah tempat aku mengajar. Kebetulan temanku sama-sama guru matematika.

“Lho pak Frans, kenapa motor saya tidak bisa dihidupkan?” keluhnya kepadaku.

“Mungkin busi atau aki nya minta diganti,” kelakarku.

“Baru saja diganti aki dan businya!” jawabnya. Aku juga menghidupkan motorku, tapi tidak bisa menyala juga.

“Lho motor saya juga tidak bisa dihidupkan, pak Haji!” aku mulai panik, “ padahal businya juga baru!” aku teringat bahwa motor ini juga pernah mengalami hal yang sama seminggu yang lalu. Dan dibawa pulang oleh kedua puteraku.

“Ah, saya mau bawa ke bengkel terdekat!”seru temanku agak emosi, “apanya yang rusak kira-kira?” kemudian ia menggeret motornyta ke gerbang sekolah. Sedangkan aku bersama beberapa teman yang juga mau pulang hanya bisa prihatin. Lalu aku menghubungi puteraku agar membawa motorku pulang.

Tiba-tiba temanku yang menggeret motornya itu datang dengan tergopoh-gopoh sambil berteriak: “Pak Frans coba lihat tutup busi motornya!”

“Lho kenapa , pak Haji?” akupun bertanya. Dan spontan aku memeriksa motorku di ikuti beberapa teman yang lain. Mereka serentak berteriak:

“Tutup businya hilang!”

“Astaga kenapa bisa samaan hilangnya?” tanya temanku yang lain.

“Coba lihat motor yang lain!” perintah teman yang lainnya lagi. Maka kami mengecek satu persatu motor yang terparkir. Ternyata ada tiga motor yang hilang tutup businya. semua kepunyaan guru Matematika!

“Fiks sudah ada anak-anak yang ambil!” maka tersiarlah kabar itu. Ternyata ada kesaksian penjaga sekolah bahwa pernah tertangkap tangan anak yang mengambil tutup busi sore hari saat ada kegiatan ekstra kurikuler. Maka kami bersepakat untuk mencari pelakunya.

“Astaga benar ada tutup busi yang hilang?” datang temanku yang lain yang berlari menuju tempat parkir. Rupanya teman ini tadi tidak ada di tempat. “coba saya lihat apa motor saya juga kehilangan tutup businya?” tanyanya khawatir sambil menuju ke tempat parkir.

“Eith…sepertinya tadi saya bawa mobil bukan motor?” tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, “saya lupa…” sambil menepuk jidatnya. Kamipun tertawa walaupun di saat sedih…

====

Lho apa kira-kira hubungan kisah tadi dengan problematika menulis?

Ada beberapa garis utama yang bisa kita ambil. Yaitu:

1.      Setiap kejadian pasti ada maksud atau maknanya.

Ketika malas sudah mendatangi kita maka kita harus keluar dari itu. Kadang keluarnya dengan paksaan atau dipaksa. Seringkali kita tidak sadar bahwa malas menulis sudah menyerang kita. Kita asyik dengan alasan atau persoalan hidup kitayang lain, kemudian dunia tulis menulis ditinggalkan.

Pada kasus hilangnya tutup busi di atas, ternyata kita tidak sadar bahwa masalahnya pada tutup busi. Kita seringkali justru menyalahkan keadaan atau situasi dan lainnya. Begitu kita tahu masalah ada pada tutup busi, maka solusinya adalah membelikan tutup busi itu.

 

2.      Cari Penyelesaiannya bukan mengeluh.

Ketika masalah tutup busi sudah di carikan solusinya dengan cara membelinya maka masalahnya selesai. Namun ada persoalan berikutnya yaitu ada pencuri di sekolah. Pelakunya diketahui anak-anak. Maka kami segera mencari akar masalahnya.

Begitu pula dengan malas menulis. Apa kira-kira akar masalahnya? Mari kita gali terus. Begitu ketemu, kita cari solusinya. Misalnya aku, yang tidak bisa mengatur waktu. Atau tidak ada tantangan, dan masih banyak lagi.

 

3.      Teruslah Menulis dan jadikan Pembiasaan atau Kebutuhan hidup

Ini lah salah satu hal yang sedang aku kerjakan. Aku bertekad untuk kembali hidup setelah sempat mati suri dalam menulis. Semoga tekadku bisa menjadi motivasi bagi pembaca.

Mirip dengan kasus yang aku alami, setelah membeli busi maka aku bisa pulang. Ketika kami menangkap si ‘pencuri’ maka kami telah berusaha memotong awal suatu kejahatan besar.

 

 

Demikian perjuangan awalku untuk kembali bangkit untuk menjadi Penulis sejati dan dicintai pembaca. Dan akhirnya bisa menghasilkan buku yang layak mendapat apresiasi sebagai buku best seller.

 


====

 

Praya, 10 Juni 2022

 

Fransisco Xaverius Fernandez, S.Pd.Mat

Sang Guru Motivator Kerukunan, Kedamaian dan Kebahagiaan


 

3 komentar:

  1. Menarik sekali pak. Dan sangat cerdas, kok bisa ya motor moggok nyambung sama nulis yg moggok hehe .

    BalasHapus
  2. Tulisan pak frans selalu keren dan asik untuk dibaca

    BalasHapus