HARI KETIGA BULAN RAMADHAN

Hari Ketiga Ramadhan
Teguran Yang Membangunkan
Rabu,8 Mei 2019
Hari ini adalah hari pertama anak-anak masuk sekolah. Aku ke sekolah bersama si bungsu. Perjalanan ke sekolah lancar-lancar saja karena jalanan masih sepi.
Sebagaimana tugas rutin kami menyiapkan sarana prasarana untuk kegiatan Imtaq dan Literasi, maka aku menghidupkan komputer dan sound sistem sekolah.
Karena waktu kegiatan dimulai agak siang maka kami pusatkan kegiatan di kelas masing-masing. Sebagai informasi di sekolah kami SMPN 1 Praya difasilitasi kegiatan imtaq untuk semua agama.
Tempat kegiatan imtaq bagi siswa Muslim adalah di lapangan basket atau depan perpustakaan. Tetapi dalam situasi tertentu di adakan di kelas masing-masing tentu dengan pengawasan Wali Kelas dan Pembina OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Sedangkan bagi siswa Katolik dan Protestan di gabung untuk bersama membaca Alkitab di ruang OSIS atau ruang Wakasek. Siswa beragama Hindu juga tak lupa melakukan kegiatan imtaq di ruang Laboratorium.
Kegiatan hari pertama berjalan lancar. Walaupun ada kendala pada sound sistem. Salah satu penyebabnya adalah di sekolah kami ada pembangunan Mushalla dan gedung baru.
*****
Aku mengajar di kelas IX, maka tugasku adalah mengolah nilai untuk raport semester genap.
"Pak Frans, tolong jangan murah memberi nilai Matematika!" protes salah satu rekan sekerjaku,"kita harus membuat wibawa untuk nilai matematika!"
"Maaf pak Agus, untuk nilai kita mempunyai cara yang bersifat subyektif," jawabku membela diri,"namun saya tetap minta maaf jika ada perbedaan cara yang saya terapkan."
"Ya, masak nilai si A yang menurut saya sangat minim, tapi koq nilainya bagus?!"
Aku hanya diam tidak mau berdebat. Untuk penilaian memang aku tidak obyektif. Lebih banyak unsur subyektifnya. Mungkin bagi orang lain hal ini terlalu murah. Namun aku punya alasan tersendiri. Bisa jadi saat ini anak tersebut tidak bisa atau bahasa lainnya 'bodoh' tetapi saat lainnya justru lebih pandai atau lebih suka pelajaran matematika.
Aku sudah buktikan beberapa siswaku, yang sekarang sudah menjadi guru atau pekerjaan lain. Atau berhasil masuk di sekolah yang lebih tinggi mengucapkan terimakasih karena mendapat nilai yang bagus dalam matematika. Sehingga menjadi pemicunya untuk belajar lebih giat pada pelajaran matematika di sekolah yang lebih tinggi.
Tapi aku paham betul mengapa ia agak kesal karena penilaian yang aku berikan. Seolah-olah matematika itu harus berwibawa jika nilainya kecil bahkan kurang.
Aku tersenyum hari pertama terjadi perdebatan. Tapi aku tidak mau layani untuk menghindari konflik. Selain itu hari inikan puasa dan jam masih panjang.
*****
Aku sempat pulang untuk menyelesaikan tugas lainnya. Aku melihat situasi di jalanan masih lancar-lancar saja. Walaupun terlihat wajah-wajah lemas karena puasa.
Takada juga kulihat rumah makan yang buka. Hal ini sesuai dengan instruksi Bupati. Yang ramai adalah toko-toko pakaian, elektronik bahkan sepeda motor. Khusus untuk sepeda motor biasanya sebagai persiapan menyambut lebaran atau jalan sore menyambut buka puasa(ngabuburit)?
*****
Sekitar Pkl.14.00 aku kembali ke sekolah. Kihat anak-anak sudah pulang.
"Bagaimana usul kita tadi?" aku mengajukan pertanyaan kepada salah satu Pembina OSIS.
"Belum ada keputusan,"jawabnya. Usul yang kami bicarakan adalah jam pelajaran selama puasa dan pengaturan prosesnya. Salah satu usul kami adalah kegiatan imtaq di pusatkan di akhir pelajaran dan digabung dengan sholat dhuhur. Artinya selesai sholat dilanjutkan imtaq lalu pulang. Jadi tidak masuk kelas lagi.
Lalu kami bicara dengan aneka tema termasuk tema Pemilu.
"Pak Frans, sebaiknya kita tidak perlu bicara politik di WA atau sekolah," temanku memulai membahas masalah ini.
"Ya, saya kesel aja dengan teman-teman di sini. Sok-sokan bicara politik," jawabku, "saya hanya mengingatkan mereka jangan membahas politik di grup ini!"
"Apalagi mereka tidak ada hormatnya kepada Kepala Negara, ya?"
"Benar, padahal kita sudah diajarkan untuk saling menghormati orang lain. Termasuk yang berbeda pilihan."
"Di agama saya , pak Frans, mengajarkan tentang mencintai Allah dan menghormati sesama."
"Di agama saya juga mengajarkan yang sama. Hanya saja mengapa mereka sampai memaki-maki orang padahal kenal saja tidak. Apalagi orang yang mereka benci itu tidak pernah merugikannya."
"Mereka sebenarnya terpengaruh dengan profokasi orang yang sangat dihormatinya. Kadang mereka takut dengan sekitarnya kalau tidak mau ikut yang lain."
"Mereka marah karena kalah. Padahal dalam suatu pertandingan atau pemilu pasti ada yang menang atau kalah. Jika ada yang merasa dicurangi tinggal membawa bukti dan laporkan."
Lalu kami mengalihkan pembicaraan ke tema lain sambil berharap negara ini aman dan damai tidak terjadi kekacauan seperti yang diinginkan oleh para teroris.
Tak terasa waktupun berlalu. Kami hanya menjaga sampai anak-anak semua pulang tidak ada yang tidak dijemput.
Saya mengambil hikmah dari pembicaraan bahwa kita harus bijak dalam bermedsos, jangan sampai kita terpengarun hoax dan menyebarkannya.
*****
Sore seperti biasa aku dan keluarga pergi berdoa Rosario di Praya. Mulai kami bersiap menghadapi kekacauan jalan raya. Maklum banyak anak-anak tanggung yang mencoba motor ributnya untuk ngebut di jalanan.
Setelah berhasil melewati ribetnya jalan raya di sore hari kami sampai di rumah tempat doa Rosario.
*****
Bersamaan dengan aku memulai memimpin doa Rosario terdengar sayup-sayup adzan maghrib di masjid-masjid.
Selamat atas puasa hari ini semua saudaraku umat Muslim.
======
Praya, 8 Mei 2019
Dari Lombok Tengah
Fransisco Xaverius Fernandez
Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar