MELANGKAH DI BULAN RAMADHAN DALAM TOLERANSI

Minggu,5 Mei 2019 H-1 Puasa
Kesibukanku adalah Misa Minggu. Sebagai seorang Katolik maka sudah kewajiban untuk mengikuti salah satu dari Lima Perintah Gereja. Setelah itu kami melakukan aktifitas rutin, salah satu kegiatannya adalah mengunjungi orangtua Kepala Sekolah kami yang sedang opname di Mataram.
Sekitar Pukul 12.30 wita aku dan istriku berangkat ke Mataram. Jarak Praya Kabupaten Lombok Tengah ke Rumah Sakit Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) di Kota Mataram kurang lebih 25 km. Lama perjalanan yang ditempuh sekitar 45 menit.
Sesampainya di rumah sakit, ternyata waktu bezuk sudah selesai. Kami bingung bagaimana caranya minta ijin walau sebentar. Dalam keadaan bingung ternyata ada salah satu teman kami yang baru keluar. Ternyata pak Satpam cukup bijak. Karena waktu selesai bezuk pkl.13.00. Kami diberi waktu dengan alasan dari jauh. Fakta ini didukung teman kami tersebut. Waktu bezuk berikutnya Pkl.17.00 wita. Jadi kami harus menunggu 4 jam jika mengikuti waktu.
Singkat cerita, kami juga harus memanfaatkan waktu yang ada. Selesai mengunjungi Orangtua Kepala Sekolah, pulanglah kami. Nah, di sinilah tempat 'horornya'...
Dengan percaya diri kami keluar melalui jalan yang sama. Tetapi suasana sepi. Padahal masih siang. Jalan yang kami lalui terasa hilang! Kemana jalan yang tadi? Tempat perawat sepi. Orang-orang berada di dalam ruangan. Tamu sudah tidak ada.
Pintu yang tadi kami lewati terkunci. Kami melewati lift sampai ke lantai bawah pintu-pintu terkunci termasuk pintu keluar. Kami naik lagi ke lantai semula. Kami ketemu anggota keluarga yang diminta keluar. Mereka bertanya kepadaku kemana jalan keluarnya?
Akhirnya kami ketemu Satpam yang marah-marah karena beberap anggota keluarga ada yang tidak mau keluar.
"Di mana pintu keluarnya, pak?" aku bertanga kepadanya.
"Lewat pintu sebelah kiri!" jawabnya apa adanya.
"Tadi kami baru lewat sana tapi pintunya terkunci," sambil menahan kesalku.
"Kalau begitu bisa lewat pintu yang kanan!"
Akhirnya kami (termasuk keluarga tadi) melalui jalan yang ditunjuk dan melewati klas perawatan anak. Kami hanya menebak saja arahnya dan menemui jalan yang dilalui ketika masuk.
Sebenarnya kalau boleh jujur, kami lebih banyak menghabiskan waktu mencari jalan keluar dari pada membezuk. Maka pesanku: Pelajari kapan jam bezuk ke rumah sakit. Jangan seperti pengalaman kami.
*****
Pukul 15.00 kami sampai di rumah.
Kami baru ingat ada undangan "Roah Kebiyan". Acara ini adalah ungkapan syukur saudara Muslim di Lombok menyambut Bulan suci Ramadhan. Ungkapan syukur ini termasuk luar biasa. Semua warga setempat di undang termasuk non Muslim. Karena ini adalah ungkapan sukacita akan memasuki bulan puasa. Sekaligus bentuk toleransi antar umat beragama.
Ibu-ibu se RT menyiapkan menu berdasarkan kemampuannya masing-masing. Menunya dalam satu nampan besar isinya dua piring nasi, lauk pauk (daging, ayam, ikan, tempe, sayur, dan sebagainya). Ada juga yang berisi buah-buahan, aneka kue dan lain-lain.
Bagi istriku , ikut menitipkan ke tetangga untuk memasak dan sumbangan lainnya. Intinya agar acara 'roah kebiyan' berjalan lancar.
Roah Kebiyan di artikan secara harafiah pesta rakyat di sore menjelang puasa. Minimal sehari sebelum puasa.
Kegiatan intinya adalah dzikir dan doa. Semua warga RT diundang termasuk kami non Muslim. Bagiku ini termasuk 'toleransi nyata' bukan teori di setiap pertemuan resmi FKUB yang sering aku ikuti karena aku salah satu pengurusnya.
Salah satu hikmah pengajian Tokoh Agama saat itu yang aku pahami adalah:
1. Sangat besar pahala orang yang menyambut puasa dengan penuh syukur dan sukacita.
2. Rahasia waktu yang besar dan sangat mulia adalah saat selama satu jam menjelang Maghrib dan antara Imsak dan Subuh. Maka sangat di anjurkan dengan memperbanyak ibadah. Jangan malah ngebut-ngebutan saat mau Magrib.
Dan masih banyak nasehat lainnya.
Selamat menunaikan Ibadah Puasa bagi semua saudaraku yang Muslim.
salam dari kami di Lombok.
*****
Praya,6 Mei 2019
Fransisco Xaverius Fernandez
Komentar
  • Iwi Dayati Contoh toleransi yang nyata... 
    Indahnya hidup penuh toleransi.....
    1
  • Erwan Tatang Sumarna ini baru toleransi...
    1
  • Ais Cakep Banget Bapak, tulisannya sangat bagus. Kalau boleh usul, lain kali, untuk singkatan yang pertama, sebaiknya Bapak tuliskan kepanjangannya, baru selanjutnya ditulis singkatannya, agar para pembaca dapat memahami maksudnya. Misalnya pada singkatan FKUB. terima kasih
    1
  • Yohansah Handoyo Setyawan luar biasa, pak Fransisco Xaverius Fernandez. salam hormat dari saya untuk bapak beserta keluarga. kisah yg sangat menginspirasi untuk meneguhkan kebersatuan bangsa kita.
    1
  • Icha Wulandari Nyimak dulu, pengen baca nanti, Pak.😁😁
    1
  • Muhiroh Armiyati Mantap,Pak Fransisco. 
    Memang tenang dan damai klau ada toleransi.
    Termasuk di sekolah saya pak, diselenggarakan ada 3 pel. Agama Islam,protestan dan katolik. Walaupun beda agama kami memiliki hubungan baik (hablu minannas)
    1
  • Shelin Oktaviani Indah di sana ya pak
    Semoga langgeng dan tetap rukun
    1
  • Retno Purwanti pak Frans.. tulisannya keren .
    Indahnya hidup jika kita mampu bertoleransi.
    Lihat Lainnya
    1
  • Armyn Effendy Semoga Kerukunan Antar Umat Beragama tak luntur di Indonesia.
    1
  • Oom Komariyah Keren..pak
    1
  • Fransisco Xaverius Fernandez Terimakasih komentarnya. Ya, benar di RT kami (mungkin sama dengan di tempat lain) untuk segala kegiatan hampir seluruh warga ikut terlibat. Termasuk saat istri (pertama)saya meninggal. Mereka membantu menyiapkan segala sesuatunya kecuali peribadatannya. Padahal kami termasuk sangat sedikit jika mau mengurus sendiri.
    2
  • Darmaiyah Tasamuh...
    1
  • Rusti Aling Semoga kerukunan antar umat beragama tetap terjaga.
    1
  • Anna Zeamayshybrida Beka Mantap. Tetimakasih kawan
    1
  • Siti Nur Afiah Indonesia banget
    1
  • Dwi Raditya Duwi hAnu
    1
  • Desmiyeni Jufri Indahnya membaca tulisan anda....
    1
  • Nurul Hidayati Salam dari Lembar, Lombok Barat
    1
  • Dian Martiani Keren pak Frans... Saudaraku satu rumah NKRI...
    1
  • M Fahruraji Mantul !
    1
  • Ani Paga Kisahnya menarik
    1
  • Selamet Subagio Super warga lombak ternyata rasa toleransi hidup berdampingan antara muslim dan non muslim benar-benar luar biasa. 

    Maaf kak kalau boleh saya minta no WA nya?
    1
Tulis komentar...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar