MA, AKU LAPAR! Oleh FRANS FERNANDEZ


 

#Tantangan_Menulis_Om_Jay

#CeritaFransFernandezPraya

MA, AKU LAPAR!

Oleh Fransisco Xaverius Fernandez

 

Pagi itu kulihat mama keluar entah kemana. Karena hampir setiap hari mama keluar masuk rumah ini.

Kalau masuk rumah pasti kucium aroma lezatnya ikan yang sepertinya memanggil-manggil perutku. Belum lagi saudara-saudaraku yang lain setiap kali ikut minta makan sambil memanjat-manjat kaki mama. Ternyata ibuku juga ikut rebutan bersama kami anak-anaknya.

Kadang aku berfikir mengapa ibuku ikut rebut-rebut sambil teriak-teriak “Lapar…lapar…lapar!”

Tapi anehnya mama dan papa di sana tertawa jika melihat kami teriak-teriak. Apalagi melihat si kakak bungsu. Sebel. Tahunya gangguin kami. Padahal kami sedang lapar, minta makan, eh mereka tertawa-tertawa: “Gemes!” Kata mereka.

Untungnya kakak Tengah sayang pada kami sehingga selalu memberi kami makan. Kalau kakak Sulung gemes-gemes lihat kami. Walau terkadang Cuma menggendong sebentar, terus melepas kami padahal kami pingin digendong agak lama.

Nah hari itu kulihat mama keluar dan samar-samar katanya mau cari ikan untuk kami. Itu tuh makanan paforit kami. Seperti nasinya manusia… kenapa aku pingin ikutan keluar rumah. Padahal selama ini kami tidak pernah keluar rumah. Ya sebatas main di belakang rumah yang luas. Banyak pepohonan yang kami panjat.

Setiap kami bermain-main di hutan buatan mama, ada saja bunga yang patah. Yah, kami langsung aja mainin. Belum lagi tali , tas kresek, bahkan tikus-tikus kecil yang dibawa Ibu.

Begitu keluar pagar, aku kaget. Ternyata dunia luar begitu luas! Ada benda bersuara ribut, aku takut. Lalu aku berlari masuk. Kulihat ada banyak manusia-manusia yang lebih kecil dari para kakak berlari-lari , makin membuatku takut.

Begitu aku tersadar aku berada di mana ini? Eh, ada juga makhluk yang sama denganku tapi aneh bentuknya . besar-besar. Kalau aku sih kecil katanya sih ras kampung. Aku sendiri tidak tahu apa itu ras. Yang penting aku berlari menghindar makhluk itu.

Astaga aku sudah berada di tempat asing. Di bawah benda apa ini. Aku sedih, aku panggil-panggil mama. Tapi suaraku tak terdengar. Suaraku memang paling kecil di antara saudara-saudaraku, padahal aku paling tua. Duluan lahir kata mama waktu gendong-gendong aku.

Aku dengar suara mereka, bilang aku ini sulung. Lahir paling pertama dari ibu yang pertama kali melahirkan. Kata mereka aku lahir seperti bola baseball yang dilepaskan dari mesin pelontar bola. Tapi aku selamat. Mereka berteriak gembira saat itu. Aku sendiri sudah lupa peristiwa itu.

Saat aku sendiri di bawah benda besar di tempat asing itu, aku menangis. Selain karena takut, juga karena lapar. “Ma….aku takut. Aku lapar…” tangisku tak henti. Namun tidak ada yang mendengarkan.

Aku melihat manusia lain melihatku. Aku takut , sembunyi. Mungkin karena ia tahu aku lapar, ia masuk dan memberiku ikan. Karena lapar, aku makan saja.

Aku mendengar suara mama memanggil-manggilku: “Temon… Temon… di mana kamu. Masak kamu hilang? Mama kangen!”

Aku berteriak-teriak ,”Aku di sini ma…” tapi sepertinya sia-sia aku memanggil karena suaraku sepertinya hilang. Saat aku sedih dan takut, aku melihat saudaraku si putih yang di panggil Puput menemuiku.

Ia memelukku, kulihat anak perempuan tadi senang tapi belum berani pegang kami. Si Puput mau mengajakku pulang, tapi kaki ini terasa berat. Entah kenapa? Yang kutakutkan aku tersesat, karena pikiranku saat itu adalah kita di mana? Tapi si Puput tidak bisa menjelaskannya.

Aku menangis, dan tak kusadari si Puput sudah hilang. Lho mana Puput, kenapa tinggalkanku?

Entah sudah berapa lama mama mencariku sambil menangis. Aku mendengar suaranya tapi aku tidak memiliki keberanian keluar dari tempat itu. 

Tapi kudengar mama bertanya kepada anak kecil: “Bimo, lihat kucing kecilnya Bude?”

“Kenapa kucingnya Bude?” tanya anak kecil itu

“Kucing Bude hilang?”

“Kalau hilang beli lagi di Alfa**** Bude. Mama bilang begitu…”

Suara mama terasa dekat sekali. Langsung kupanggil, “Mama…. Temon mau pulang…” kudengar mama diam. Dan kudengar mama memanggil kakak Tengah.

Selang beberapa saat, tapi aku merasakan begitu lama. Kakak Tengah mengintip ke bawah benda besar itu, “Benar Ma, si Temon berada di bawah mobilnya Bapak Adi!” langsung kakak Tengah mengambilku. Aku berteriak kegirangan!

“Mah, keras suaranya Temon, padahal selama ini kecil banget!” kakak Tengah berseru kegirangan.

Kulihat mama begitu senangnya menggendongku dan memberi kabar gembira ini. Aku merasa senang sekali saat itu. Aku di sambut oleh papa dan semua saudaraku. Lihatlah ekspresi saudaraku ini.

Ini si Oyen…

 


Dan ini si Puput…satu-satunya cewek di keluarga kami.

 


Aku langsung diberi makan. Aku begitu senang saat itu. Aku berlari kesana-kemari. Aku juga makan dengan lahapnya. Serasa aku akan menghabiskan semua makanan yang diberikan mama.

Sayup-sayup ku dengar mama berkata kepada papa: “Pah, coba perhatikan Temon, biasanya mengalah tapi sekarang begitu lahapnya makan. Sampai kakinya masuk segala ke piringnya!” aku dengar mama cerita sambil tertawa bahagia.

“Ya benar!” ku dengar papa balas berseru,” astaga sekarang ia lincah sekali berkejar-kejaran bersama saudaranya!”

“Padahal selama ini ia agak enggan bermain.” Kata kakak Tengah.

Aku mendengar mereka mengabarkan kepada kakak Sulung dan kakak bungsu yang kebetulan tidak ada di rumah.

Aku makin sadar bahwa mereka sangat mencintaiku.

====

Praya, 30 Januari 2022


 

Fransisco Xaverius Fernandez, S.Pd.Mat

Guru Motivator Kerukunan dan Damai Sejahtera

Mengajar di SMPN 1 Praya Kab. Lombok Tengah NTB.


 kutunggu masukannya untuk makin sempurnakan karyaku...



 

7 komentar:

  1. Balasan
    1. terimakasih Om Jay... saya mencoba cerita dari sisi kucing. walaupun masih perlu perjuangan...

      Hapus
    2. Kisah kucing...aku juga ada pak Frans..tp di simpan d gurusiana...kucing 👍👍😊

      Hapus
  2. Mantap Bu Yanti... Di Gurusiana banyak tantangannya...

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Benar, mamanya anak-anak sebenarnya takut kucing. Namun begitu ada anak kucing yang terus mendatanginya dan tak mau pergi... Semenjak itu ia menjadi pencinta kucing...🙂🙂

      Hapus