#Tantangan_Menulis_Om_Jay
#CeritaFransFernandezPraya
TERNYATA BELUM MASUK LIS PEMESANAN
Oleh Fransisco Xaverius Fernandez
“Pah, jam berapa kita ke Mataram hari ini?” tanya si sulung Felix ketika akan ke Mataram untuk perayaan ulang tahunnya.
“Sekitar jam 5 atau jam 6.” Jawabku dan mamanya bersamaan.
“Ohya sudah booking di tempat itukan?” tanya mamanya sambil menyebut nama rumah makannya. Rumah makan yang disebutkan itu sederhana namun begitu ramai menurut cerita si sulung.
“Sudah ma. Kan ini yang dipesan tadi.” Jawab si sulung sambil menyebut nama-nama makanannya. Ok, berarti sudah siap.
Setelah kami istirahat di siang itu kami terbangun kira-kira jam 5. Maka kami bergegas mandi agar tidak terlambat.
Singkat kata sekitar jam 8 malam kami sudah sampai di tempat itu. Kami melihat begitu banyak kendaraan. Begitu masuk ke ruangannya, kami melihat semua meja penuh. Di mana tempat duduk yang kami pesan, batinku.
Lalu kami ke meja kasir dan menginformasikan bahwa kami sudah booking meja dan menunya.
“Ohya pak, kami sudah siapkan mejanya. “ jawab si karyawan.
Lalu kami mengikuti mbak karyawannya tadi menuju sebuah meja di dekat pintu masuk. Kami melihat ada beberapa orang yang duduk di sana menunggu pemesanan.
Setelah si mbaknya bicara dengan mereka, akhirnya kami dipersilahkan duduk.
Begitu kami duduk, langsung sepiring menu datang. Ternyata pesanan si bungsu Louis. Kemudian kami menunggu lagi, sambil melihat keramaian tempat tersebut. Memang luar biasa di malam liburan seramai itu.
Kemudian datanglah pesanan airnya. Kembali kami menunggu. Cukup lama (minimal bagi kami yang menunggu karena si bungsu sudah selesai makan) kami saling mencicipi menu yang datang duluan termasuk ada menu bersama.
Setelah menunggu sekian menit, datanglah pesanan mama mereka dan si sulung Felix. Kami masih sabar, bahkan kami saling bergurau dan membagi apa yang ada.
Kami sabar menunggu karena di meja lainnya juga mereka lama dilayani. Karena begitu banyak pengunjung. Kami teringat di rumah makan lainnya yang pernah kami kunjungi.
Waktu itu kami menunggu sampai dua jam belum keluar menu pesanan kami, begitu keluar satu persatu, itupun rentang waktunya lama. Sampai kami batalkan pesanan walaupun kami sudah bayar.
Saat kami pulang itulah, kami di berikan bungkusan pesanan kami. Semenjak itu kami tidak pernah ke tempat itu. Tapi untuk privasi, kami tidak menyebut namanya. Karena kami masih berfikir positif bahwa saat itu malam libur tahun baru berarti sangat padat.
Kita kembali ke rumah makan malam itu. Tanggal 31 Jamuari 2022. Setelah datangnya menu mama dan si sulung Felix, datanglah menu si tengah Nikolas. Saat itulah kami mulai gelisah.
“Sabar ,” kata mama mereka. “ingat kita sudah pesan melalui bookingnya.”
Aku diam saja, karena hanya pesananku yang belum datang, yaitu ayam kampung bakar beserta lauknya. Wow…sudah terbayang lezatnya.
Setelah mereka selesai makan, termasuk membagikan kepadaku apa yang mereka pesan agar kami tahu rasanya. Memang rasanya enak, dan volumenya banyak alias mengenyangkan. Harganya juga standar, tidak terlalu mahal.
“Coba mama tanya, kenapa pesanan papa belum diantar?” kata mamanya sambil mengajak si bungsu Louis. Setelah kulihat mereka bertransaksi datanglah si bungsu menemuiku dan berkata:
“Pah, jangan emosi dulu. Ternyata pesanan papa tidak masuk daftar lis!”
“Apa?” tanyaku, sambil menutup mulut karena sudah berjanji tidak kaget. Takutnya seperti di film-film sinetron akan menjadi pusat perhatian karena berteriak kaget.
“Louis juga mau pesan mie pah.” Istriku datang menjelaskan,” ternyata pesanan papa tidak masuk lis pesanan. Tapi mereka minta maaf.”
Kulihat si sulung Felix yang memesan tadi di rumah mengecek kembali wa pesanan. Ternyata mereka lupa memberitahu bahwa ayamnya sudah habis dari sore, sehingga pesanannya tidak ikut. Mereka sudah minta maaf. Kami sih memaafkan karena kami bukan tipe pembeli luar negeri.
“Papa beli di luar aja.” Jawabku agak emosi karena lapar. Walaupun sudah mencicipi menu lainnya. Tapikan menu sendiri belum dapat?
“Nah, mulai sudah.” Kata istriku. Akupun sadar atas kesalahanku berucap padahal sudah berjanji tidak marah.
“Ok deh papa ikut apa yang dibeli Louis.” Jawabku melembut. Tak berapa lama datanglah menu tersebut dan aku makan sampai kenyang. Tidak ada yang mau ikut mencicipi.
*****
Akupun mengucapkan terimakasih kepada si sulung yang telah membawa kami ke sana. Karena kami kenyang. Jujur saja bagi kami orang yang awam tentang restoran dan menu, restoran yang baik itu menurutku adalah restoran yang membuat pelanggannya pulang kenyang, bukan karena gengsi sudah makan di sana.
Bagiku jika ditanya maka aku akan menghindari restoran yang menyajikan makanan dengan nasi sedikit tapi harga tinggi. Jika dengan harga segitu bisa membeli dua bungkus nasi yang dimakan sampai kenyang, mengapa mesti ke sana?
Jangan jadikan gengsi sebagai gaya hidup. Lebih baik dicap tradisional daripada makan di restoran-restoran yang menjamur dengan konsep modern tapi membuat pembeli pulang dengan masih dalam keadaan lapar dan minta makan lagi di rumah.
Tentu saja keinginanku berbeda dengan istri dan anak-anakku. Mereka ingin yang modern tapi mengenyangkan seperti restoran malam ulang tahun si sulung kemarin. Dan merekapun ternyata tidak mau ke tempat yang dulu mengecewakan itu.
“Dasar orang dulu!” olok istriku kepadaku ketika kusampaikan itu.
====
Praya, 01 Februari 2022
Fransisco Xaverius Fernandez, S.Pd.Mat
Guru Motivator Kerukunan dan Damai Sejahtera
Mengajar di SMPN 1 Praya Kab. Lombok Tengah NTB.
MOHON MASUKANNYA...
Wish keren bget pak, alurnya itu sangat menyentuh pak, smngat pak,salam dari aceh
BalasHapusSelalu ada cerita menarik di setiap kesempatan. Kerennn semangatnya pool.
BalasHapusSelamat ulangtahun tuk putranya pak Frans..sehat bahagia selalu.
BalasHapusAlurnya menarik Pak, buat saya ingin terus membaca. Sukses Pak👍
BalasHapusmantab dah tuk pak Frans.... ceritanya menarik..sukses selalu tuk pak Frans
BalasHapusMantap,tingkatkan pak
BalasHapus